Kamis, 03 Januari 2013

"Kacamata Anak Putus Sekolah"


Setiap kali saya di berhentikan oleh traffic lights kota, tidak pernah sekalipun tidak dihiasi oleh anak-anak kecil yang mengemis rezeki, cara mereka pun beragam, ada yang mahir memainkan ukulele, ada yang meciptakan alat sendiri dari kayu kecil lalu di dukung oleh bekas tutup botol sebuah merek minuman terkenal, atau bahkan dengan surat kecil yang di bagikan dengan goresan tulisan kesedihan dan disokong dari lembaga ataupun komunitas yang tidak jelas, tulisannya tidak terlalu panjang tapi cukup setelah membacanya untuk menunggu pergantian warna dari merah ke hijau, serta mengeluarkan uang sebelum melaju ke tujuan.

ketika melihat fenomena itu, saya begitu marah dan kesal kepada pemeritah, saya masih ingat waktu saya masih menduduki kursi Sekolah Dasar, setiap catur wulan, saya selalu meminta uang untuk pembelian buku setiap mata pelajaran dan LKS yang paling di wajibkan kala itu, dan yang paling saya ingat adalah ketika penerimaan rafor, setiap murid wajib membawa orang tua dan itu tidak bisa diwakilkan, saya bingung kenapa tidak boleh, padahal orang tua saya tetap saja akan melihat rafor tersebut walaupun bukan mereka yang menjemput ke sekolah, tentunya kalau orang tua yang datang akan di mintai uang, "suka rela" "pengeluaran tidak terduga" dan berbagai macam judul yang mereka gunakan untuk mencoba mengeluarkan lembaran uang orang tua kami, padahal itu sekolah NEGRI.
Ada pula contoh kasus yang lain, saya masih ingat teman saya yang sudah menunggak uang SPP selama 3 bulan , lalu namanya di panggil kekantor melalui pengeras suara, dan di suruh pulang untuk menjemput uang SPP tersebut, tentu saja dia sudah rugi beberapa jam pelajaran karena tidak mengikuti, oh bukan beberapa jam pelajaran, tetapi semua mata pelajaran hari itu, karena dia tidak kunjung kembali karena malu atau orang tuanya tidak sanggup memberi uang detik itu juga, lagi lagi ini sekolah negri, NEGRI INDONESIA.


karena mahalnya pendidikan , bahkan adapun pemerintah sekarang sudah mencanangkan program dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah), banyak juga sekolah-sekolah nakal, yang memungut uang dengan cara lain, seperti dana untuk ekstrakulikuler siswa, padahal program itu tidak jalan, jalan pun siswa bahkan meminta dana keluar dengan menjalankan proposal, bukan dana dari sekolah tersebut.

ini semakin mengunci pemikiran masyarakat terutama masyarakat menengah ke bawah, bahwasannya pendidikan adalah tempat mereka membuang uang mereka, ini terbukti waktu saya KKN (Kuliah Kerja Nyata) selama 40 hari, di salah satu Nagari di Sumatera Barat, disana banyak sekali saya temukan anak-anakyang putus sekolah, ketika saya tanya apakah karena mereka tidak punya biaya untuk sekolah, mereka menjawab "indak pitih gaek kami lai cukuik da , manga gaek kami , kami selah macari, dapek-dapek 25rb sahari bisa, tp maleh sakolah, pitih kalua , ancak mancari lai dapek juo pitih"
"tidak, uang orang tua kami cukup untuk menyekolahkan, jangankan orang tua kami, kami pun sudah bisa menghasilkan uang, minimal 25rb seharinya, jadi buat apa sekolah? uang keluar lebi baik bekerja malah dapat uang".


Ini yang menakutkan, jika anak Indonesia lebih memilih tidak sekolah, bukan lagi karena faktor biaya, tetapi keinginan mereka sendiri, mereka sudah di manja dengan uang yang mereka dapat, entah dengan menjadi kenek angkot, ataupun menambang pasir di sungai, mereka enggan sekolah, karena polanya seperti itu saja, pagi berangkat siang pulang, malam mengerjakan PR dan melihat orang tua bingung memikirkan biaya,
pemikiran seperti ini yang harus di robah kepada masyarakat, bahwasannya pendidikan itu sangat penting, bukan kesulitannya yang di pikirkan, tapi kenikmatan, manfaat dari ilmu pengetahuan yang di dapat.

Dan juga pemerintah harus terus memantau pendidikan, karena mereka yang duduk disanalah tongkat estafet bangsa, dari faktor biaya, kenyamanan dan keinginan untuk berpendidikan, pemerintah harus memperhatikan itu, kalau perlu tindak tegas kalau ada sekolah atau oknum guru, yang melakukan pemungutan liar, atau kekerasan terhadap murid. agar pendidikan di indonesia tidak lagi berjalan pincang dan dipandang sebelah mata oleh berbagai macam pihak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar