Jumat, 16 November 2018

Athar Wangian & Melody Zahra



Pengantar

Kemana sibulan malam ini? Sepertinya dia tak muncul, jangan –jangan dia takut hujan, padahal hujan tak membasahi bulan, terlalu jauh bagi hujan menyentuh bulan. Apa kabar dengan dandelion yang terbang hari ini  ke arah barat, ibunya baru melahirkan, tak menoleh ia kebelakang, bersama si adik dandelion pergi meninggalkan induknya, pamit dengan bahasa ibu.

Beranda lantai dua terlalu dingin bagi sebatang gitar dengan senar mahal, hasil cimplakan merek gitar terkenal di negri samurai, yang dibandrol murah di pasar yang jaraknya tak sampai 2 kilo dari beranda lantai 2.

Hanya aku dan si gitar murah yang perlahan mendingin, semut – semut musim hujan tak datang menjenguk, mungkin karena kami tak memiliki remahan makanan yang berserakan atau entah karena si semut tak tahan dingin, oh aku lupa mungkin rumahnya di bawah tanah kebanjiran akibat hujan, dan dia terpaksa mengungsi jauh seperti anak ibu dandelion, sehingga tak lagi tampak seperti bulan yang ditutupi hujan.

November selalu dikaitkan dengan hujan dan penghujung tahun,padahal dalam setaun ada 12 bulan, dimana diakhiri dengan Desember yang selalu membawa lebih banyak hujan bahkan salju di negri sana.

Kupetik lagi senar si gitar, pada yang keenam kuceritakan.
dulu aku juga memiliki teman sepertimu, yang kuberi nama Brock, Brock adalah gitar pertama ku di ibukota sana, yang pasti bukan barang hasil cimplakan pasar tradisional, dia asli dari negri penuh manga disana.

Kau tampak kebingungan, oya kau tak memiliki nama, bagaimana kalau kau kuberi nama Lion? Suka tak suka kau harus menerimanya, brock dulu juga begitu, tak terlalu jeleklah, seleraku tak seburuk itu, bayangkan saja jika kau diberi nama oleh para pemuda yang sering berkumpul di gang pertigaan sana, dengan botol beernya kau akan dimainkan kasar, kuyakin namamu akan lebih buruk dari apapun, jika diberi nama oleh orang mabuk.

Lion… maukan kau mendengar ceritaku? Sepertinya pagi masih lama, aku tau kau mengangguk jika nada di senar 5 akan merdu jika kupetik di nada mayor, tp terkadang aku juga suka minor, nada seperti itu cocok untuk melukis suasana hatiku sekarang, hey! Tampaknya ibu dandelion juga ingin bergabung dengan kita, lion dia teratrik dengan cerita masa laluku! Kau juga bisa menciumnya kan? Kau bisa menciumnya! Wangi tanah ketika dibasuh hujan, rumah – rumah semut yang telah terendam juga ingin berbagung, walaupun tak tampak aku rasa bulan masih ada, terbukti dengan aku masih bisa melihatmu lion, itu berkat sinarnya yang menyebar dari celah celah hujan.
Lion, ibu dandelion, rumah semut yang terendam, bulan yang tertutup hujan dengarlah dongeng nyata dari sejarah hidup, kurasa semesta juga akan mendengar.. tenang kalian tidak akan tertinggal, sebab ceritaku tak terlalu jauh dari halaman satu…






Selasa, 06 Juni 2017

Saya dan Kehidupan

SAYA & KEHIDUPAN..

Saya?

Bernama lengkap Iman Mahaputra Zein.

Menyukai segala genre music yang mampu menyumbangkan nada – nada mahal kepada pendengar.

Tuhan memilih Padang sebagai kota yang nanti akan melahirkannya,

Dimana 06 Agustus 1991 terpilih sebagai kalender favoritnya kelak.

Iman Mahaputra Zein,
Mengaku memiliki kecerdasaan analisis seperti Shinichi Kudo dalam serial komik Jepang Detective Conan,

Mengaku memiliki kepandaian menulis seperti Dewi Lestari di kota Bandung sana, karena memang menjadi novelis adalah pilihan mimpinya yang belum tercapai.

@zeiniman? Ya itulah nama akun istagramnya, dimana dia juga memiliki harapan memiliki followers banyak seperti akun @dagelan dimana nantinya para pengikutnya bisa menikpati cerpen hasil buah pikirnya secara gratis.

Kehidupan?
Secara Biologis kehidupan adalah dimana terdapat berbagai ekosistem yang saling berkembang biak.

Secara sosiologis kehidupan adalah interaksi antar umat manusia.

Secara geografis terdiri dari pulau dan lautan luas yang kemudian bisa disulap menjadi atlas/globe dengan ukuran yang sangat berbeda dari sebelumnya.

Secara Iman Mahaputra Zein kehidupan adalah dimana kamu bisa menikmati romatisme boilogis sosiologis dan geografis dalam satu tarikan nafas.

Kehidupan bisa mengenalkanmu pada orang – orang seperti Karl Marx, Max Webber, Leonardo Da Vinci tanpa harus bertemu dengannya, intinya kehidupan bahkan bisa mengakrabkanmu dengan orang mati sekalipun.

Saya dan kehidupuan?

Kehidupan selalu mengalir, setiap detik tidak akan sama dengan detik sebelumnya, walaupun jarum jam tanganmu hanya mengililingi lingkaran yang itu – itu saja setiap harinya.

Iman Mahaputra Zein merupakan bagian kehidupan, dia memijak bumi yang sama dengan Karl Marx, Max Webber, Leonardo Da Vinci namun di detik yang berbeda.

Kehidupan dan Iman Mahaputra Zein bukanlah suatu kesatuan namun tidak bisa dipisahkan pula, namun mereka bisa merajai semesta.

Karena situli selalu punya cara untuk mendengar dan sibuta selalu punya cara untuk tak kehilangan arah.

Beruntungnya Iman Mahaputra Zein terlahir dengan 2 mata lengkap
Baginya kedua matanya adalah jendela besar yang mampu menengok kehidupan, dimana nanti tangan dan otaknya akan seiring menghasilkan karya tulis yang menceritakan tetang bagaimana semesta kehidupan memiliki cerita yang berbeda setiap detiknya.

Saya dan kehidupan?
…..
Saya adalah kehidupan.
Iman Mahaputra Zein

Rabu, 07 Desember 2016

Paginya ibukota

Pagi di ibukota warnanya seperti petang.
Pantas saja.
Karena sebagian mereka akan memulai bertempur.
Sebagian lagi dari mereka mulai menyudahi pertempuran.
Jakarta sepertinya kota untuk mengais rezeki.
agar suatu saat emas bisa di bawa pulang ke desa.
Jangan terlalu jahat Jakarta, karena sebenarnya desa tak terlalu menuntut banyak ke kota.
Tapi ada benarnya juga ibukota, karena hidup tak selalu hanya untuk makan.

Minggu, 04 Desember 2016

Penggiat Hujan

Terhambat langkah tua sang penggiat. malu dia takut akan hujan.
Badannya terlalu besar menyisip dari celah hujan.
Hujan tak marah padanya ataupun sebaliknya.
Mereka berbicara melalui suara, suhu, serta aroma, namun tak saling menyentuh.
Sebenarnya si penggiatlah yang menciptakan hujan, dari air yang ia campakan ke tanah, atau dari laut yang ia Selami.
Hujan pula yang membesarkan penggiat, karna air dan makanan yang si penggiat lahap, adalah hasil tampungan hujan yang sudah diolah mesin.
Rotasinya selalu begitu dan mereka tak mengaku.
Karena mereka sangat cerewet saling mengadu rindu...
namun tak pernah bertemu.

Minggu, 21 Agustus 2016

Entah Untuk Siapa

Untuk isu yang sedang hangat sekarang
Saya rasa kalian tahu apa yang saya maksud.
Mari kita bermain analogy.

Jika terjadi perang. Negara A akan mengatakan berjuang mati – matian untuk menang. Untuk menegakan keadilan katanya, tanpa peduli harus merampas darah dari dari tentara – tentara Negara B yang anak dan istrinya selalu berdoa setiap malam agar suami dan sang ayahnya dapat kembali duduk di meja makan rumah mereka.

Jika terjadi perang. Negara B akan mengatakan berjuang mati – matian untuk menang. Untuk menegakan keadilan katanya, tanpa peduli harus merampas darah dari dari tentara – tentara Negara A yang anak dan istrinya selalu berdoa setiap malam agar suami dan sang ayahnya dapat kembali duduk di meja makan rumah mereka.

Seorang stricker dalam sebuah team sepak bola, akan menggila di dalam kotak penalty agar bisa merobek jala si keeper, tanpa peduli setelah main sang penjaga gawang akan dimaki oleh sang pelatih dan bisa menyebabkan dia berkahir dengan pemotongan gaji atau angkat kaki.

Seorang keeper dalam sebuah team sepak bola, akan memasang mata elang di dalam kotak penalty agar bisa menahan laju tendangan seorang stricker untuk tidak merobek jalanya, tanpa peduli setelah main sang penyerang akan dimaki oleh sang pelatih dan bisa menyebabkan dia berkahir dengan pemotongan gaji atau angkat kaki.

Jika seekor ikan bisa berbicara, dia akan mengatakan “cukup kau nelayan mengambil nyawa saudara saudaraku, kalian merobek daging saudaraku dengan taring kalian dan tertawa bahagia diatas meja makan hangat, tanpa peduli kami sudah berapa kali kehilangan saudara”

Jika seorang nelayan bisa mendapatkan mukjizat seperti salah satu nabi yang bisa berbicara dengan binatang tentunya dia akan mengatakan“jika aku tak menangkapmu, keluargaku akan mati kelaparan dan meja makan kami tak lagi hangat, sementara kalian para ikan, tetap berenang bahagia di pantai yang indah”

Saya tau ini analogy yang sangat jauh dikaitkan dengan isu yang sedang hangat sekarang, tau kenapa saya meilih analogy ini? Karena jika tulisan saya terlalu vulgar, kita hanya akan menjadi tentara Negara A dan B, seorang penjaga gawang dan penyerang atau sang nelayan dan ikan.

Dua mata kita tidak hanya mempunyai satu sudut pandang saja, cobalah sedikit menoleh entah ke kiri, kanan, atas ataupun bawah, masi banyak jalan yang bisa kita tapaki.

Karena ini bukan hanya sekedar, siapa yang menang atau kalah, siapa yang benar atau salah ataupun halal dan haram.

Disatu sisi saya ingin kalian paham apa yang saya tuliskan, disisi lain semoga saja tidak, bacotan ini hanya sekedar hak berpendapat dalam hobi…. Dan saya memilih tanpa aksi.


Jumat, 06 Mei 2016

Athar Wangian


Athar menghembuskan nafas pertamanya pada awal Agustus 1991. jika ini sudah memasuki musim dingin pertengahan tahun 2016, tentunya usianya sudah dibatas umur remaja yang disepakati WHO yakni 25 tahun, kata anak muda berumur belasan Athar sudah tua, berbeda pendapat kata pensiunan tentara yang mengagumi Athar sebagai anak muda yang masih bisa melakukan banyak hal.

teman-teman sebayanya mengatakan Athar seorang ajaib yang memiliki sihir, nilai perkuliahannya tidak terlalu bagus, tetapi dia dapat membuat hening seiisi kelas ketika membantah pernyataan dosen yang memberinya nilai buruk.

Saat disemester satu contohnya, hanya beberapa bulan saat dia baru lulus dari bangku SMA
disalah satu mata kuliah :

"Ralf dahrendolf tidak benar menyalahkan Marx, dia sependapat dengan Marx, akan tetapi yang dikatakan Marx terjadi pada masa kehidupan Marx, buruh-buruh masa Dahrendolf menghadapi tragedi yang berbeda dengan buruh masa Marx, jika anda mengenal Auguste Comte anda tak perlu mempertanyakan ini, anda tenaga pengajar, seharusnya lebih banyak belajar"

Dengan pernyataan Athar tersebut, sudah divonisla dimata kuliah ini dia kembali mendapat nilai buruk, ilmu sosial yang dinamis berbanding terbalik dengan tenaga kerja yang tak objektif.

Athar juga membenci sekelompok mahasiswa yang hanya berkumpul membahas bobroknya birokrasi kampus tanpa bukti dan aksi, atau menunduk miris melihat kebrutalan aksi tanpa isi.

dia lebih memilih mendirikan acara-acara seni dan rumah tulis-menulis dengan teman-teman yang dia kasihi, sehingga mahasiswa masih bisa menonton pertunjukan bergengsi dan menikmati dunia tulis-menulis hasil wujud berekspresi.

Setalah menyandang gelar sarjana Athar melala keliling nusantara bersama teman-temannya di ibukota, menikmati berekspresi tanpa memikirkan beban Indeks Prestasi.

kuberi beberapa rahasia tentangnya :

1. dia tak suka makan sayur, anehnya sekarang dia tak bisa makan tanpa sayur .
2. dia banyak mengagumi penulis dari kota Bandung.
3. dia cermat menirukan logat bahasa dari suku yang berbeda, ya walau terdengar payah
4. dia tak jago memainkan musik, apalagi jika kau suruh bernyanyi, tapi dia memiliki beberapa pengagum yang memujinya ketika bermain musik, entah selera pengagumnya yang payah atau langka, ini belum kuspekati.
5. masih banyak rahasia lagi.
6. takan kuberitahu lagi disini.
7. ada sebuah rahasia besar lagi.
8. pada tahun ini sudah ada penulis yang ingin membukukan kisahnya kedalam sebuah buku.
9. tunggulah, kalian akan menyimak lebih jauh tentang Athar, karena itu aku tidak akan memberitahu lagi.

sampai jumpa lagi dipenghujung tahun, untuk kisah Athar dari seorang penulis semu.

Kamis, 05 Mei 2016

Negri Awak

berhakkah masa sekarang mempertanyakan masa depan?
pantaskah membicarakan nanti, sementara kini tak kita selesai?

gadis-gadis kecil diperkosa dan mereka lari mencari kuasa.
penguasa dibebani tanya, tak dapat lagi dia membedakan hak dan wajibnya.
ada kalanya kalian menyalahkan raja, disaat bangsa sedang putus asa.
ada kalanya raja memilih mundur, karena dia juga perlu tidur.

kawanan elit berebut pasar.
pasar bukan lagi proses jual beli, melainkan sudah perdagangan transaksi.
lucunya negri awak, karena bandit sudah menjadi pelawak
sedihnya negri awak, karena pelawak sudah pandai memalak.
anak disuruh sekolah, agar kelak kuat berdiri mengantri lamaran kerja dipinggiran kota.
lagu oemar bakri menjadi senjata guru, karena ilmu kalah penting dari mobil baru.
sedapnya negri awak.
tak lagi manusia takut hukum, karena jeruji penjara lebih baik dari kamar tidur.
pantas raja memilih tidur.

Selatan Jakarta
jamku sudah mati
seperti negri awak tak lagi merajai
2016