Selasa, 15 Januari 2013

PENCABULAN DAN PEMERKOSAAN TERHADAP ANAK

Tulisan ini di ketik ketika senja, seharian ini saya sibuk untuk persiapan survey ke RIAU dan hanya terlelap dengan durasi 2 jam, sesampai di rumah 30 menit yang lalu hendak packing untuk keberangkatan nanti malam, saya baru mencek handphone yang dari tadi hanya berdiam di tas hitam favorite saya, banyak sekali pesan singkat yang belum terbaca, ketika sibuk membalas satu persatu pesan yang sampai, saya tertarik dengan ajakan salah satu sahabat saya di jakarta untuk membuat pernyataan tentang maraknya kasus pencabulan dan pemerkosaan terhadap anak serta tentang statement  calon hakim agung yang melecehkan korban.

Saya bingung harus berkomentar apa dalam waktu yang singkat, karena travel jemputan akan datang jam 20:00 WIB dan sekarang sudah pukul 19:02 WIB, saya banyak mendengar komentar masyarakat tentang kasus pemerkosaan terhadap anak dan perempuan, sering kali masyarakat menyalahkan korban, "salah sendiri kenapa pakai baju yang minim sehingga memancing kaum adam" "tuh karena pulang terlalu larut sehingga jalanan sepi dan memancing kriminalitas" bahkan mereka menirukan gaya bang Napi "kejahatan terjadi bukan karena ada niat tapi karena tidak ada kesempatan" ya begitulah kira-kira komentarnya,
menurut saya yang namanya korban tetap korban, mereka saat ini sedang sakit, secara fisik maupun pskologis, bukannya membatu malah memojokan mereka dengan kalimat yang menyalahkan mereka, bahkan sampai seorang hakim agung pun ikut serta melecehkan korban,
saya menganalogikan seperti pistol, saya pernah membaca buku tentang bagaimana cara menghentikan perang yang saling bunuh dan merugikan banyak pihak, salah satunya , menghanguskan seluruh senjata api didunia sehingga tidak ada lagi pertumpahan darah,

nah sekarang coba anda ambil pistol yang berisikan peluru dan siap di tembakan, anda letakan di depan anda, sekarang katakan pada pistol tersebut "bunuh saya !!" "tembak saya !!", apa yang terjadi? pistol sanggup membunuh anda? kenapa pelurunya tidak keluar? ya karena tidak ada yang menembaki, siapa akan menekan pelatuk? ya tentu saja manusia, jadi mau dihilangkan seluruh senjata api di dunia tetap saja yang membunuh itu adalah manusia, bukan pistolmya.

itu juga yang terjadi di dalam kasus pemerkosaan dan pencabulan, mau korban atau anak dan perempuan lain di suruh pakai baju yang seluruhnya tertutup tanpa ada bagian yang terbuka tetap saja tidak menjamin akan hilangnya kasus perkosaan dan pencabulan, apalgi terhadap anak yang tidak tau sama sekali dan mudah untuk di bohongi, itu yang harus kita lindungi, peran semua pihak sangat di butuhkan, dan lagi-lagi pendidikan kesehatan reproduksi memang sangat di perlukan.
 
dan saya sangat kecewa dengan statement  dari calon hakim agung "tidak usah di hukum mati, pelaku dan korban sama-sama menikmati" keterlaluan seorang calon hakim yang seharusnya menegakan keadilan harus berkomentar seperti itu, siapa yang akan melindungi masyarakat dari kejahatan dan mendapatkan keadilan, kalau hakim nya sendiri mempunyai ideologi seperti itu.
saya masih ingat komentar sujiwo tejo " kalau di sebuah negara kita tidak mendapatkan makanan dan kelaparan itu masih wajar, tetapi jika untuk mendapatkan rasa aman saja kita tidak punya, itu bukan lagi sebuah negara"
nah sekarang apakah indonesia masih sebuah negara???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar